JURNAL 1
KEBUTUHAN BERAFILIASI, INTROVERSI
KEPRIBADIAN SERTA KETERGANTUNGAN PADA FACEBOOK PADA MAHASISWA
Tri
Nurmala Dewi dan Joko Kuncoro
Akselerasi
pengguna facebook menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki
ketertarikan yang lebih dalam bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Handi Irawan D., Chairman Frontier Consulting Group dalam
kolomnya di majalah Marketing Januari 2010. Ia mengatakan, “Konsumen Indonesia
lebih suka bersosialisasi daripada menggunakan search engine untuk
melakukan pencarian informasi”. (Gizone. Edisi 12/th.1/Maret 2010). Perkembangan
IPTEK yang begitu pesat, membawa perubahan gaya hidup dalam membina hubungan
akrab dengan orang lain. Jejaring sosial sebagai salah satu sarana
berkomunikasi dalam bentuk maya, berhubungan atau menjalin komunikasi secara
verbal melalui seperangkat komputer atau sejenisnya yang dihubungkan melalui
suatu jaringan telekomunikasi. Di antara situs-situs jejaring sosial seperti
EMRC, Friendster, Blog, MySpace, Facebook, Twitter dan Kaskus, facebook
menempati peringkat pertama (http://Alexa.com/ 30 April 2010). Pengguna facebook
di Indonesia mengalami peningkatan setiap bulannya, dari catatan survei
yang dilakukan Global Monitor, dilansir melalui Inside facebook, Jumat
(13/11/2009), menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pengguna facebook
(facebooker) terbanyak di kawasan Asia dan posisi ke-3 negara dengan
pengguna facebook terbesar di seluruh dunia dengan rentang usia adalah
12-24 tahun
Facebook yang digunakan secara tepat, banyak manfaat yang akan
diperoleh seperti sebagai media berkomunikasi, sarana promosi dalam dunia
bisnis dan industri serta berbagi informasi seputar pendidikan, diskusi ataupun
informasi aktual lainnya akan tetapi intensitas penggunaan facebook yang
tidak wajar yang kemudian menjadikan makna facebook mulai bergesar (Arani,
2010). Penggunaan facebook yang terlalu sering disisi lain akan
menciptakan ketidakseimbangan dalam kehidupan seseorang, misalnya berkurangnya
perhatian kepada keluarga atau berkurangnya aktivitas lainnya yang lebih
bermanfaat karena waktu telah tersita untuk situs facebook. Manusia
adalah mahkluk sosial dengan tipe kepribadian yang berbeda-beda. Setiap
individu selalu berhubungan dengan orang lain meski berbeda cara dan
intensitasnya. Kecenderungan ini dikenal sebagai kebutuhan afiliasi. Kebutuhan
ini melekat pada tiap individu termasuk yang berkepribadian introvert. Ada
banyak cara dan media yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan ini.
Jaringan sosial Facebook adalah salah satunya. Kebiasan mengakses jaringan sosial ini diduga dapat
menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Tujuan peneilitian ini adalah
mengetahuai keterkaitan antara introversi kepribadian dengan ketergantungan
terhadap facebook. Populasi penelitian adalah mahasiswa UNISSULA dengan
sampel sebanyak 167 yang diambil secara proporsional. Data ketergantungan
terhadap facebook diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasar
karakteristik dari Young dan skala afilisasi dari Murray untuk mengukur
kebutuhan afiliasi. Data introversi kepribadian diukur dengan skala introversi
kepribadian dari Jung. Ada tiga hipotesis yang akan diuji. Pertama adalah ada
keterkaitan antara kebutuhan afiliasi dan introversi kepribadian dengan
ketergantungan terhadap facebook. Kedua adalah ada hubungan positif
antara kebutuhan afiliasi dengan ketergantungan terhadap facebook dan
ketiga adalah ada hubungan positif antara introversi kepribadian dengan
ketergantungan terhadap fecbook. Analisis data dilakukan dengan teknik
statistic regresi ganda.
Berdasarkan
hasil penelitian dan hasil analisis data penelitian maka diperoleh kesimpulan:
Pertama, ada hubungan yang sangat signifikan antara kebutuhan berafiliasi dan
introversi kepribadian dengan ketergantungan facebook; Kedua, ada
hubungan negatif yang signifikan antara kebututahn berafiliasi dengan
ketergantungan facebook; Ketiga, ada hubungan positif yang signifikan
antara intoversi kepribadian dengan ketergantungan facebook. Saran bagi
mahsiswa yang memiliki introversi kepribadian agar tidak terlalu larut dalam
penggunaan facebook dan aktif dalam melakukan interaksi sosial secara
langsung (real) karena setiap individu adalah bagian dari lingkungan
sosial itu. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah mulai belajar mengikuti
organisasi-organisasi atau kegiatan ekstra kampus, baik dalam lingkup fakultas
atau pun universitas. Saran bagi para orangtua untuk memperhatikan
karakteristik anak dengan mengetahui tipe kepribadiannya dan memenuhi kebutuhan
berafiliasi anak serta memberikan perhatian yang cukup agar anak tidak
melarikan dirinya kepada facebook sampai berlebihan. Peran guru
atau dosen dalam membantu anak didiknya dalam mengurangi penggunaan facebook
yang berlebihan salah satunya adalah dengan cara memberikan pesan moral
yakni memberitahukan dampak positif dan negatif facebook agar bijak
dalam memanfaatkannya, meningkatkan hubungan sosial dengan anak didik melalui
komunikasi secara langsung, terutama bagi anak didik dengan introversi
kepribadian.
Peneliti
selanjutnya diharapkan agar lebih memperhatikan faktor lain yang berpengaruh
terhadap ketergantungan facebook misalnya: kontrol diri, minat, motif,
pengetahuan, dan usia, serta mempertimbangkan kembali teknik sampling yang
digunakan.
JURNAL 2
PENGARUH PENGENALAN
KOMPUTER PADA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK
Setiawan M. A, Widyastuti,
A. Nurhuda, A. 2009.
Dalam
beberapa tahun terakhir, permainan elektronik, komputer rumah, dan Internet
telah menanggung placi penting kehidupan kita. review penelitian tentang dampak
penggunaan komputer rumah pada perkembangan anak-anak dan remaja. Time data
penggunaan disajikan bersama dengan diskusi tentang faktor-faktor seperti usia,
jenis kelamin, dan etnis, yang berdampak waktu yang dihabiskan pada komputer
serta kegiatan bergerak masuk penelitian tentang dampak penggunaan komputer
pada keterampilan kognitif dan perkembangan akademik, sosial pembangunan dan
hubungan, dan persepsi dari realitas dan perilaku kekerasan ditinjau. Peran
khusus dari internet dalam kehidupan remaja dibawa keluar dengan menggunakan
data dari studi HomeNet. Dengan rekomendasi untuk studi masa depan dalam rangka
untuk lebih memahami dampak pertumbuhan komputer pada pemuda kami.
Waktu
sudah matang untuk menilai dampak dari penggunaan komputer rumah pada anak dan
perkembangan remaja. Survei menunjukkan bahwa orang tua mereka membeli komputer
rumah dan berlangganan akses internet untuk menyediakan kesempatan pendidikan
bagi anak-anak mereka, dan mempersiapkan mereka untuk era informasi (Turow,
1999). Meskipun mereka semakin khawatir tentang pengaruh Web pada anak-anak
mereka dan kekecewaan mengungkapkan anak-anak mereka menggunakan komputer untuk
kegiatan seperti bermain game dan browsing internet untuk men-download lirik
lagu populer dan gambar bintang rock, mereka umumnya menganggap waktu yang
terbuang pada komputer lebih baik untuk waktu yang terbuang di TV, dan bahkan
mempertimbangkan anak tanpa komputer berada pada posisi yang kurang
menguntungkan (Kraut, Scherlis, Mukhopadhyay, Manning, & Kiesler, 1996).
Sedangkan
penelitian pada apakah komputer adalah pengaruh positif dalam kehidupan
anak-anak sebagian besar samar dan ambigu, beberapa temuan awal yang mulai
muncul. Waktu yang dihabiskan oleh anak-anak pada komputer dan dampak dari
penggunaan komputer tersebut pada kegiatan lain seperti menonton televisi.
Kemudian kita meninjau penelitian yang tersedia tentang efek penggunaan
komputer pada pengembangan keterampilan kognitif dan akademis anak-anak,
perkembangan sosial dan hubungan, serta persepsi tentang realitas dan perilaku
kekerasan.
Meningkatnya
jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak di rumah dan di sekolah dalam
berinteraksi dengan komputer menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana teknologi
komputer mempengaruhi perkembangan psikologi mereka. Secara umum perkembangan
anak yang diperkenalkan dengan teknologi komputer relatif lebih baik daripada
anak-anak yang sama sekali belum dikenalkan dengan teknologi computer. Saat ini, perkembangan teknologi telah merambah berbagai
bidang.Teknologi tidak lagi sekedar untuk teknologi, tapi teknologi yang telah
mencakup berbagai ranah kehidupan manusia, teknologi yang telah mempengaruhi
kehidupan manusia, teknologi yang telah menjadi bagian integral kehidupan
manusia.
Dengan mengurangi hambatan
ekonomi dan teknologi untuk penggunaan komputer dan internet dari rumah, studi
ini meneliti bagaimana sampel beragam keluarga akan menggunakan teknologi
ketika diberikan kesempatan untuk pertama kalinya. Mulai tahun 1995, penelitian
yang disediakan 93 keluarga di daerah Pittsburgh dengan komputer rumah dan
koneksi ke Internet, maka data yang dikumpulkan tentang mereka selama 2 tahun
melalui wawancara di rumah, kuesioner periodik, dan secara otomatis setiap kali
anggota keluarga ini pergi online. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran
kaya faktor mendorong atau menghambat penggunaan internet, cara internet itu
digunakan, dan dampak dari penggunaan tersebut dari waktu ke waktu. Sampel
meliputi 208 orang dewasa dan 110 anak-anak dan remaja (mulai usia 10 ± 19
tahun), selanjutnya disebut inklusif sebagai remaja.
Semakin banyak anak-anak
yang memiliki akses komputer di rumah atau di sekolah untuk banyak hal, dimulai
dari permainan komputer, atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan
melakukan chatting dan email atau pun browsing di Internet. Di Indonesia,
walaupun belum banyak ditemukan riset yang mendalam mengenai jumlah komputer
rumah yang dipergunakan oleh anak-anak, tapi dari waktu ke waktu, kepemilikan
computer yang semakin meningkat setiap tahunnya sedikit banyak akan
mempengaruhi jumlah anak yang berinteraksi dengannya.
Dengan
semakin meningkatnya peran komputer rumah dalam kehidupan anak-anak, dibutuhkan
sebuah perhatian khusus bagaimana efek dari ini semua kepada anak-anak. Waktu
yang dibutuhkan oleh anak untuk berinteraksi dengan komputer sangat mungkin
menggantikan waktu anak-anak yang seharusnya dipergunakan untuk mengembangkan
kemampuan dirinya baik dalam aspek kognitif maupun aspek motorik. Manusia
secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman
atau belajar sepanjang hidupnya. Prinsip yang lain adalah semua aspek
perkembangan saling mempengaruhi, baik aspek fisik, emosi, inteligensi maupun
sosial. Terdapat hubungan yang positif di antara aspek-aspek tersebut.
Dalam
meneliti dampak dari penggunaan komputer, kita telah melihat dua aplikasi
populer komputer, termasuk game dan internet. Karena permainan yang dimainkan
pada komputer yang mirip dengan permainan yang dimainkan pada bentuk plat lain
(misalnya, berdiri sendiri permainan set seperti Nintendo dan Sega atau
permainan genggam, seperti Game Boy), kita menggunakan istilah “permainan
computer” inklusif untuk merujuk kepada semua jenis permainan interaktif
terlepas dari platform. Bahkan perbedaan antara permainan dan internet semakin
kabur sebagai permainan interaktif dapat dimainkan di Internet. Dengan
konvergensi diharapkan dari media yang berbeda dalam waktu dekat, menilai
dampak teknologi komputer pada anak-anak hanya akan mendapatkan lebih kompleks
dan menantang.
Memahami
dampak penggunaan komputer memerlukan perkiraan yang baik dari kedua anak-anak
menghabiskan waktu pada komputer, dan waktu yang diambil dari kegiatan lain.
Data penggunaan waktu pada penggunaan anak-anak komputer telah dikumpulkan
sebagian besar melalui laporan diri dan laporan oleh orang tua. Meskipun
kegunaan secara keseluruhan, terutama untuk pengambilan sampel sejumlah besar
orang, data laporan diri yang dilanda oleh masalah akurasi dan reliabilitas
yang berasal dari keterbatasan memori dan estimasi akurat pada bagian dari
responden, masalah ini semakin memperburuk ketika belajar anak. Berbeda dengan
laporan diri metode, metode yang lebih dapat diandalkan termasuk Metode
Pengalaman Sampling, di mana peserta dipanggil dan diminta untuk merekam
aktivitas mereka ketika paged (Kubey & Larson, 1990) dan komputer berbasis
alat pelacakan penggunaan komputer, dimana software mencatat orang yang menggunakan
PC, aplikasi yang digunakan, dan situs web yang dikunjungi.
Para
remaja menggunakan internet untuk sekolah, untuk komunikasi dengan teman-teman
baik lokal dan jauh, dan untuk bersenang-senang, terutama dengan mencari
informasi yang berkaitan dengan kepentingan mereka dan hobi. remaja lebih
mungkin dibandingkan orang dewasa untuk melaporkan menggunakan Internet untuk
tujuan sosial. Sebagai contoh, remaja lebih mungkin untuk melaporkan
menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan teman-teman, bertemu orang
baru, mendapatkan bantuan pribadi, dan bergabung groups.1 Mereka juga lebih
cenderung menggunakan Internet untuk mendengarkan musik, bermain game, dan
men-download perangkat lunak. Sebaliknya, orang dewasa lebih cenderung
menggunakan Internet untuk tujuan instrumental seperti mendapatkan informasi
produk, membeli produk, atau mendukung pekerjaan mereka. Remaja juga
menggunakan internet untuk tujuan instrumental, seperti melakukan tugas sekolah
dan menemukan materi pendidikan.
Bukti
lain menunjukkan distribusi jenis kelamin yang lebih bahkan di nongame
menggunakan komputer. Misalnya, survei nasional terbaru dari remaja antara 13
dan 17 tahun, yang dilakukan oleh Gallup Organization dalam hubungannya dengan
CNN / USA Today dan National Science Foundation, menemukan bahwa meskipun anak
laki-laki lebih mungkin untuk melaporkan bermain video game setiap hari, jumlah
yang sama dari anak laki-laki dan perempuan dilaporkan menggunakan komputer
setiap hari (Gallup Organization, 1997).Selain itu, anak laki-laki dan
perempuan melaporkan tingkat yang sama dari penggunaan komputer dan disajikan
tingkat yang sama kepercayaan dalam keterampilan komputer mereka. Demikian
pula, Roberts et al. (1999) menemukan paritas antara kedua jenis kelamin untuk
penggunaan dilaporkan komputer untuk sekolah, memang, ada kecenderungan
(meskipun tidak signifikan secara statistik) konsisten untuk perempuan yang
lebih tua dan yang lebih muda untuk menggunakan komputer sedikit lebih untuk
sekolah dibandingkan anak laki-laki.
Meskipun
tren dalam aspek-aspek lain dari penggunaan komputer, game komputer terus
menjadi lebih populer di kalangan anak laki-laki. Sulit untuk mengetahui sejauh
mana ini adalah penyebab atau efek dari desain game dan pemasaran. Sebagai
contoh, dalam sebuah alamat di CILT99, CEO Lucas Learning mengakui bahwa produk
mereka dirancang khusus untuk anak laki-laki (Frank Evers, 1999, komunikasi
pribadi). Karena bermain game mungkin menjadi pelopor untuk literasi komputer,
dan keyakinan bahwa literasi komputer akan semakin penting untuk sukses dalam
masyarakat, dalam bermain game telah menjadi topik diskusi baru-baru ini
banyak.
Upaya
dari industri perangkat lunak untuk menciptakan permainan cewek dengan tema
tanpa kekerasan dan protagonis perempuan sebagian besar telah berhasil dengan
pengecualian Barbie Fashion Designer. Berdasarkan pemeriksaan penelitian
tentang permainan yang anak perempuan dan anak laki-laki dan desain pada
preferensi penelitian tentang gaya bermain mereka, dan televisi dan membaca,
Subrahmanyam dan Greenfield (1998) mengusulkan bahwa Fashion Designer berhasil
karena mengandung fitur yang menyesuaikan diri dengan 'anak perempuan bermain
dan selera mereka dalam membaca dan sastra.
Berbeda
dengan anak laki-laki bermain pura-pura, yang cenderung didasarkan pada
fantasi, anak perempuan 'berpura-pura bermain cenderung lebih didasarkan pada
kenyataan, melibatkan tema dengan realistis ± mengenal karakter (Tizard,
Philips, & Plewis, 1976). Jadi, dengan membantu anak perempuan membuat
pakaian untuk Barbie, komputer menjadi alat kreatif yang cocok dengan
preferensi anak perempuan lebih berbasis realitas bermain pura-pura.
Keberhasilan Fashion Designer bersama dengan semakin populernya internet di
kalangan anak perempuan menunjukkan bahwa mereka tidak dimatikan oleh teknologi
komputer. Sebaliknya, mereka hanya perlu aplikasi yang menarik bagi kepentingan
mereka.
JURNAL 3
MOTIF AFILIASI PENGGUNA AKTIF FACEBOOK
Agung
Santoso Pribadi, Margaretha Maria Shinta Pratiwi dan Roestamadji Brotowidagdo
Fakultas
Psikologi Universitas Semarang
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui motif afiliasi yang membuat remaja aktif membuka
akun facebook. Subjek penelitian ini berjumlah 181 remaja. Data penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan angket motif afiliasi pengguna facebook.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa remaja memiliki dan menggunakan akun facebook
dengan motif afiliasi terbesar adalah untuk berteman dan mencari informasi yang
digunakan untuk semakin memperluas jaringan pertemanannya, sedangkan motif
afiliasi terkecil adalah untuk medapatkan perhatian orang lain. Selain itu ada
motif-motif afiliasi lainnya yang muncul berkaitan dengan intensitas hubungan
yang lebih kuat seperti motif mempertahankan hubungan antar individu, empati
yang simpatik diwujudkan dalam sikap bersahabat, memiliki keinginan baik, dan
membina hubungan yang penuh kepercayaan.
Pembahasan
:
Perkembangan teknologi yang semakin pesat sekarang ini
pada berbagai bidang yang dibutuhkan oleh banyak orang dan kemajuan ilmu telah
membawa umat manusia pada kemudahan dan kepraktisan hidup yang tidak
terbayangkan. Hidup manusia menjadi lebih ringan (Suler, 1996) pada awalnya
internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen pertahanan
Amerika Serikat pada tahun 1969. Tujuan awal dibangunnya proyek ini adalah
untuk keperluan militer Amerika Serikat dengan cara membuat jaringan system komputer
yang tersebar dengan menghubugkan komputer di daerah-daerah vital. Sekarang internet
berfungsi sebagai jaringan global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi
lainnya di Motif Afiliasi Pengguna Aktif Facebook belahan dunia. Internet juga
berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak adabatasan-batasan di
dalamnya sehingga informasi apapun dapat diperoleh secara bebas.Penggunaan
internet sebagai media komunikasi tidak lepas dari motif seseorang untukmenggunakan
fasilitas tersebut. Motif menunjuk pada hubungan sistematik antara suaturespon
atau himpunan respon dengan keadaan dorongan tertentu. Dorongan dasar itu
bersifatbawaan, hasildari proses belajar. Ahmadi (2002) motif adalah dorongan
yang sudah terikatpada suatu tujuan. Motif manusia merupakan dorongan,
keinginan, hasrat, dan tenagapenggerak yang berasal dari dalamdirinya untuk
melakukan sesuatu. Semua tingkah lakumanusia pada hakikatnya mempunyai motif.
Jadi, tingkah laku secara refleks dan yangberlangsung secara otomatis,
mempunyai maksud tertentu walaupun maksud itu tidaksenantiasa sadar bagi
manusia. Motif-motif itu memberikan tujuan dan arah kepada tingkahlaku juga
kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan sehari-hari mempunyai motif, sehinggadengan
motif akan menemukan mengapa seserang berbuat sesuatu.Menurut Mc Clelland
(Hill, 1987) kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan yangpemenuhannya memerlukan
hubungan yang hangat dan akrab dengan orang lain.
Tampak pada segi hubungan pribadi dan bekerjasama
dengan orang lain, serta dicapainya persetujuan atau kesepakatan dengan orang
lain. Motif berafiliasi muncul karena secara riil orang mempunyai berbagai
macam kebutuhan yang harus dipenuhi apabila ingin kehidupannya berjalan terus.
Seseorang menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-harinya, dirinya menjadi perantara
satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuannya Woodworth dan Marquis (dalam
Walgito, 2004) bahwa psikologi mempelajari aktivitasaktivitas individu,
aktivitas disini aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Perilaku atau aktivitas
dalam pengertian yang luas meliputi perilaku yang menampak dan juga perilaku
yang tidak nampak. Motif psikologi adalah dorongan, keinginan, hasrat, dan
tenaga penggerak yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu.
Remaja mempunyai dorongan atau keinginan untuk mencari pertemanan yang
dilakukan dengan menggunakan fasilitas internet yang berkembang secara pesat,
yaitu facebook. Pengguna facebook sudah mendunia dan paling banyak diminati oleh
semua golongan terutama para remaja. Kegiatan membuka atau menulis akun status menjadi
ajang yang sudah umum dikalangan remaja. Sikap seseorang yang selalu menulis
akun status timbul dari motif.
Berdasarkan fenomena observasi yang dilakukan peneliti
di lapangan delapan dari sepuluh remaja jauh lebih terbuka ketika membagi
informasi tentang dirinya lewat facebook. Banyakremaja yang selalu menulis akun
di facebook ditengah kesibukan mereka belajar. Kegiatan inisering dilakukan
dari pagi hingga malam hari. Terkadang mereka mengungkapkan perasaanatau
kegiatan sehari-hari dengan menulis akun status facebook. Wawancara yang dilakukanpeneliti
pada seseorang mahasiswi yang merantau, alasan dia membuka dan menulis akunjejaring
facebook yaitu untuk memberikan kabar berita kepada sanak saudara jauh tentangkegiatan
sehari-hari yang dilakukan setiap harinya, apabila diamengirim sms kepada sanaksaudara
akan membuat terlalu rumit dan membuat pulsa habis.
JURNAL 4
Perilaku Penggunaan
Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan
Astutik Nur
Qomariyah. 2008.
Kemudahan fasilitas akses internet dan semakin canggih fasilitas
ditawarkan oleh internet di era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hari
ini didampingi oleh munculnya fenomena yang menunjukkan minat tinggi untuk anak
muda perkotaan dalam menggunakan internet. Dari fenomena ini para peneliti ingin
mengetahui gambar yang benar tentang bagaimana perilaku penggunaan internet pada
remaja perkotaan saat ini. Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya pada
penggunaan internet di kalangan anak muda perkotaan di Indonesia, yang sudah
ketinggalan jaman dalam arti waktu melakukan penelitian dan topik. Para penelitian
telah dilakukan dalam waktu ketika akses internet jarang untuk umum dan bahkan tidak
tersedia di sekolah. Topik adalah tentang hubungan antara motif penggunaan internet
dan kepuasan pelanggan, pengaruh internet sebagai media komunikasi interaktif, dampak
negatif dari penggunaan internet dalam kehidupan sosial atau dari titik pandang
psikologis.
Sebaliknya, penelitian ini, saya ingin secara khusus mengidentifikasi
bagaimana remaja perkotaan mengetahui dan menggunakan internet pada saat
pertama untuk mengambil keuntungan internet yang meliputi intensitas penggunaan
internet, internet kegiatan apa yang mereka lakukan dalam menggunakan internet,
termasuk untuk manfaat dari apa yang mereka lakukan secara online kegiatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok sebaya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
kepada pemuda untuk memanfaatkan internet untuk pertama kalinya. Kelompok sebaya
bertindak sebagai mentor tentang bagaimana memanfaatkan internet hanya untuk bersenang-senang
atau tujuan akademik. Pemuda biasanya menggunakan internet di rumah daripada di
internet publik / sewa. Mereka menggunakan internet untuk mencari informasi, kegiatan
rekreasi, komunikasi dan tujuan transaksi keuangan. Penggunaan sebagian besar internet
bagi mereka adalah untuk artikel luang dan pencarian mengenai tugas akademis
mereka.
Tidak
dipungkiri, internet memang membawa begitu banyak kemudahan kepada penggunanya.
Beragam akses terhadap informasi dan hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat
dilakukan melalui satu pintu saja. Internet juga dapat menembus batas dimensi
kehidupan penggunanya, waktu, dan bahkan ruang sehingga internet dapat diakses
oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Hanya dengan fasilitas search
engine—situs pencari informasi—pengguna internet dapat menemukan banyak sekali alternatif
dan pilihan informasi yang diperlukannya dengan mengetikkan kata kunci di form
yang disediakan. Begitu mudahnya sampai seringkali pengguna internet tidak
percaya dengan hal-hal, ide-ide besar atau informasi penting yang tersimpan di
belantara situs-situs internet. Namun, dibalik kemudahannya tersebut kehadiran
internet juga dapat membawa sisi buruk bagi penggunanya. Yang paling nyata dan
merusak adalah item-item asusila yang tak bermoral yang dengan mudah dapat
diakses di jaringan internet.
Dilihat
dari perkembangan usianya, remaja tingkat SMP dan SMA merupakan remaja awal
yang sedang berada di dalam krisis identitas, cenderung mempunyai rasa
keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh
dengan teman-teman sebayanya (peer groups), dan juga mulai suka memperluas
hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman
sebaya, baik laki-laki maupun perempuan (Moenks dan Knoers: 2006, dan Sarwono,
2004: 24). Oleh karena itu, perkembangan internet yang cukup pesat disertai
minat yang besar dapat memberikan hasil yang baik maupun buruk bagi mereka
tergantung dari aktivitas online yang mereka lakukan sewaktu mereka mengakses
internet.
Memasuki
masa remaja ini, seseorang mulai mengalami beberapa perubahan, diantaranya
adalah perubahan perkembangan kognitif dan sosial dalam diri individu yang akan
mempengaruhi perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja (Mukhtar,
dkk: 2003). Terkait dengan hadirnya internet yang telah terintegrasi dalam
kehidupan keseharian mereka, perubahan perkembangan kognitif dan sosial pada
remaja ini tentunya juga akan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku mereka dalam menggunakan internet.
JURNAL 5
Pengaruh Loneliness Terhadap Internet Addiction Pada
Individu Dewasa Awal Pengguna Internet
Josetta M.R Tuapattinaja, Nina Rahayu
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Josetta M.R Tuapattinaja, Nina Rahayu
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Individu
dalam tahapan dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim
dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsure pokok dalam
kepuasan suatu hubungan. Menurut Erikson, keintiman merupakan salah satu krisis
dalam hidup, yaitu intimacy versus isolation, yang dikembangkan pada usia
dewasa awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang
sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan
tercapai, namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka
individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness.
Loneliness diartikan oleh Peplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan social yang diinginkan dan hubungan social yang dimiliki. Tiga elemen dari definisi loneliness yaitu pengalaman subyektif, tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut, dan individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loneliness adalah usia, status perkawinan, gender, status social ekonomi, karakteristik latar belakang lainnya. Saat ini internet dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet telah memungkinkan dihubungkannya computer-komputer di belahan dunia tertentu dengan computer-komputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula dihubungkannya individu yang satu dengan yang lain dari berbagai belahan dunia. Internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orang-orang dapat saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara online, email, chat room, dan news group. Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet addiction oleh Young diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet.
Loneliness diartikan oleh Peplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan social yang diinginkan dan hubungan social yang dimiliki. Tiga elemen dari definisi loneliness yaitu pengalaman subyektif, tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut, dan individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loneliness adalah usia, status perkawinan, gender, status social ekonomi, karakteristik latar belakang lainnya. Saat ini internet dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet telah memungkinkan dihubungkannya computer-komputer di belahan dunia tertentu dengan computer-komputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula dihubungkannya individu yang satu dengan yang lain dari berbagai belahan dunia. Internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orang-orang dapat saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara online, email, chat room, dan news group. Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet addiction oleh Young diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet.
Berdasarkan
pemaparan diatas, maka terdapat hubungan positif antara loneliness dan internet
addiction pada penggunaan internet. Peneliti ingin meneliti sejauh mana pengaruh
loneliness terhadap internet addiction pada individu dewasa awal pengguna
internet.
Variabel
bebas yaitu loneliness, dan variabel tergantung internet addiction. Subjek
penelitian adalah individu dewasa awal berusia 18 tahun ke atas, mengalami
loneliness, memiliki kecenderungan mengalami internet addiction, dan telah
menggunakan internet lebih dari 12 bulan. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut dengan
metode skala yang terdiri dari skala loneliness dan skala internet addiction.
Metode analisis data menggunakan tekhnik analisis linear dengan persamaan y = a
+ bX, dan pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan
program SPSS for windows 15.0 version.
Masih
ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi internet addiction pada penggunaan
internet, Graham mengungkapkan bahwa internet addiction dipengaruhi oleh faktor
genetic, biologis, pengaruh keluarga, pengaruh budaya, dan pengaruh
social.
Terdapat
pengaruh positif loneliness terhadap internet addiction pada pengguna internet.
Artinya semakin tinggi loneliness yang dirasakan pengguna internet maka semakin
tinggi internet addiction yang dirasakan (dan sebaliknya). Sumbangan efektif
variabel loneliness terhadap variabel internet addiction adalah 12,8 % artinya
loneliness memberikan pengaruh sebesar 12,8 % terhadap internet addiction,
sedangkan 87,2 % disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. berdasarkan data hipotetik, skor total variabel loneliness dibagi
atas tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Secara umum, loneliness
yang dialami oleh subjek penelitian tergolong sedang. Tidak ada perbedaan
loneliness pada pengguna internet ditinjau dari usia. Namun dengan
membandingkan mean data dari subjek penelitian ini diperoleh bahwa mean
loneliness tertinggi dialami oleh subjek yang berada pada rentang usia 34-38
tahun dan paling rendah pada rentang usia 29-33 tahun.